Senin, 25 Februari 2013

AKU ADALAH ANAK SEORANG NAPI

Diposting oleh Unknown di 23.45


            Hari ini aku mendapatkan tugas bahasa indonesia yang harus dipresentasikan.Namaku Ilham Zulkarnain,aku adalah murid dari sebuah Pondok Pesantren terkenal di Jawa Timur.Aku bisa sekolah disini hanya karna kemampuanku di bidang akademik,juga karna belas kasihan dari salah seorang pengajar disini.
            Semua murid sudah berkumpul didalam kelas,mereka saling membicarakan tugas masing-masing.Tugas bahasa kali ini adalah menceritakan tentang orang tuanya dan keluarganya.Semua tampak bangga dengan karangan masing-masing.Mereka bercerita bahwa ayahnya seorang kyai,PNS,Dokter,dan sebagainya.Sepertinya hanya aku yang ragu untuk bercerita.
            “Hey Ham,kenapa kau diam saja disitu.Bergabunglah dengan kawan yang lain.Kemarilah,kita saling bercerita.” Sapa Mahmud dari gerombolan anak dipojok kelas.
“Iya Ham,kemarilah!!Gabunglah sini kau!!” Ajak teman-temanku dari pojok ruangan.
“Tidaklah kawan,hari ini badanku tak enak sekali rasanya.Malas aku untuk beranjak dari kursi ini.” Sahutku sekenanya
“Ah,,rindu mamaknya mungkin dia” Sahut si Raja dengan logat Bataknya yang khas itu.
“Bisa saja kau ini kawan!!” Kataku
Semua anak di rungan menjadi tertawa.Terus saja aku pandangi tulisanku.Aku takut jika aku ceritakan kisahku,aku justru dijauhi oleh teman-temanku.Guruku bahas indonesiapun masuk kedalam ruangan,seketika itu juga kelas menjadi hening.
“Bagaimana?Apakah semua siap bercerita hari ini?Kalau ada yang tidak siap,lebih baik keluar saja.” Kata pak Syam guruku bahasa indonesia dengan tegas.
“Siap pak!!” Kata teman-temanku serentak.
Semuanya semakin sibuk berlatih menceritakan  keluarganya saat pak Syam mulai memanggil satu persatu muridnya untuk bercerita di depan kelas.Masih saja aku pandangi tulisanku.Aku berharap bel segera berbunyi dan aku tak perlu lagi bercerita didepan kelas.Namun lamunanku buyar ketika Pak Syam mentebut namaku.
“Ilham Zulkarnain,silahkan maju” Kata pak Syam mengagetkanku.Aku Cuma diam memandangnya,aku masih ragu.
“Ilham,ayo maju dan ceritakan tentang keluargamu.” Pak Syam mengulangi perintahnya.Aku pun maju kedepan kelas.Aku lihat seluruh anak memandangiku dengan heran. Bukannya langsung bercerita,aku malah menyerahkan buku tugasku kepada pak Syam. Beliau melihatnya sejenak.Namun,kemudian dia berbalik menatapku sambil tersenyum.
“Berceritalah nak,ceritakanlah.Buat semua temanmu kagum kepadamu.”Kata pak Syam sambil menepuk pundakku.Akhirnya akupun berani bercerita.
“Namaku Ilham Zulkarnain.Aku anak seorang napi.”
Semua teman-temanku tampak sangat kaget.Aku bisa melihatnya lewat cara mereka menatapku.Sekali lagi aku melihat Pak Syam,beliau tersenyum dan menganggukkan kepalanya kepadaku.berarti aku harus melanjutkan ceritaku.
“Aku berasal dari Jogjakarta,daerah gunung kidul.Aku punya dua adik perempuan,namanya Aisyah dan Fatimah.Aisyah sekarang sedang melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Gontor Putri.Sedangkan Fatimah,dia adik kecilku.Sekarang dia baru berumur tiga tahun dan sedang masa lucu-lucunya.Ibuku meninggal karena Kanker.Sedangkan Ayahku,saat ini sedang menjalani hukumannya di penjara.Pasti kalian kaget kan kalau aku adalah anak narapidana?”
Aku lihat mereka hanya menganggukkan kepalanya saja.
“Dulu keluarga kami adalah keluarga kecil yang bahagia,walau kami hidup serba pas-pasan,tapi kami selalu menikmatinya.Ayahku bekerja sebagai kuli angkut di pasar,kadang dia juga menjadi tukang untuk memperbaiki rumah warga yang rusak.Sedangkan Almarhum ibu,beliau bekerja sebagai buruh cuci untuk warga,dengan upah yang tak seberapa.Aku masih ingat hari itu,aku diminta oleh wali kelasku untuk membayar uang Gedung dan Uang SPP yang menunggak 2 bulan.Sedangkan si Aisyah meminta untuk dibelikan buku persiapan ujian nasional.Ayah yang saat itu baru saja mendaptkan upahnya,kemudian membagi uang itu menjadi tiga,untuk uang sekolahku,untuk membeli buku Ais,juga untuk biaya persalinan ibu.Sedangkan uang hasil kerja ibu,kami gunakan untuk makan.Karna usia kehamilan ibu semakin tua,ibu akhirnya berhenti bekerja.Ayah juga sudah jarang sekali mendapatkan pekerjaan.Terkadang dia pulang larut malam agar bisa mendapatkan uang.Sering aku meminta kepada Ayah agar aku berhenti sekolah saja,tapi ayah justru marah.Beliau selalu saja bilang.’Mau jadi apa kamu kalau tidak sekolah?Di zaman yang sulit ini,pendidikan akan selalu menjadi nomor satu nak!Biarlah bapak dan ibu saja yang bodoh,jangan kalian.Anak-anak bapak kelak akan jadi pemimpin negeri ini,Pemimpin yang adil.Kamu harus giat belajar.Jangan kecewakan ibu dan bapak!!’.Aku Cuma diam saja ketika beliau berkata seperti itu.Akupun nekat bekerja,yang aku ingat.Waktu itu aku bekerja jadi penyemir sepatu.Yang akhirnya uang itu aku gunakan untuk membelikan pakaian bayi ketika si kecil Fatimah lahir.”
Hampir saja aku menangis saat bercerita.
“Hingga suatu sore,saat aku sedang memandikan si kecil Fatimah.Datanglah tetanggaku bernama Lek Parman.Dia datang kerumahku dengan wajah yang tegang,dan tubuhnya basah oleh keringat.
‘Ada apa lek?Kok sepertinya panik seperti itu? Kataku sambil menggendong Fatimah
‘Bapakmu le,bapakmu dibawa ke kantor polisi!!’
‘Astagfirullah…Kok bisa pak lek?Memangnya bapak ngapain?’
‘Bapakmu tadi mau mengambil buah pisang selirang di kebun,yang ternyata milik pak polisi.Ayo cepat kamu kesana!!’
Lemas rasanya seluruh badanku saat itu.Aku segera menemui ibu didalam kamr.Tapi beliau pinsan,mungkin beliau juga mendengar berita tadi.Aku bingung sekali waktu itu,Aisyah menangis karena takut,ibu pinsan,dan si kecil fatimah belum juga tertidur di gendonganku.Ku minta Aisyah menjaga ibu di kamar.Akupun berlari kekantor polisi dengan Fatimah digendonganku.Mirip sekali aku dengan gelandangan waktu itu,bajuku Cuma 2 helai yang aku pakai bergantian hingga terlihat kumel waktu itu.Aku lihat ayah tertunduk lesu,dengan borgol ditangannya.Aku mendekatinya,tak kuasa aku menahan tangis melihat beliau dalam keadaan seperti itu.
Sebulan kemudian,ayah diadili di meja hijau.Wajahnya tampak lesu,dan badannya tampak kurus.Aku,Fatimah dan Aisyah datang bersama tetanggaku yang prihatin atas keadaan kami.Sempat ayah datang dan duduk disampingku sebelum persidangan dimulai.Dia menciumiku,Ais,juga Fatimah.Beliau berpesan agar aku menjaga ibu dan adik-adik sampai ayah pulang kerumah.
Ayah dituntut 5tahun penjara oleh jaksa.Hakim pun menyetujuinya,dengan wajah ya terpaksa.Hakim sempat nebgucapkan kata maaf kepada Ayah.Ayah hanya tersenyum mendengar semua itu.
Setelah Ayah dipenjara,aku yang jadi tulang punggung keluarga.Aku bekerja sebagai kuli angkut dipasar,juga jadi pemulung.Fatimah selalu ada dalam gendonganku saat aku bekerja.Tapi aku tak berhenti belajar,setiap buku yang aku dapat disampah,aku pelajari dan kerjakan semua soal-soalnya.Aku bertekat untuk menjadi pemimpin dan penegak hukum yang adil.Membela yang benar dan menyalahkan yang salah.Aku tak ingin mengecewakan kedua orangtuaku yang telah berkorban begitu besarnya untukku.Aku ingin membanggakan mereka.Aku tetap bangga karna ayahku dipenjara demi keluarga,bukan karena korupsi.Kami hanyalah segelintir cerita masyarakat pinggiran yang terlupakan,yang memohon keadilan yang sejati.
Sekian cerita dari saya,terimakasih.” Kataku mengakhiri cerita.
Tanpa kusangka semua teman-temanku berdiri dan memberikan tepuk tangan untukku.Bahkan Pak Syam sempat menitikkan air mata mendengar ceritaku.
Itulah sepenggal kisah hidupku.Dan aku tak akan malu lagi mengakui bahwa aku anak napi.Karna itu semua adalah bukti perjuangan keras ayah untukku.




0 komentar:

Posting Komentar

 

Imajinasi Lilin Kecil Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting